Rabu, 29 Desember 2010

Mansukh Nasikh

Firdaus Umar 27 Desember jam 8:23 Balas • Laporkan
Assalamu alaikum wr.wb

Saya ingin berbagi ilmu dengan JU yg pernah saya peroleh waktu dulu mondok di pondok kediri. Saya yakin, jokam sudah banyak yang tau tentang ini. Namun saya rasa tidak ada salahnya berbagi bersama sama. Semoga bermanfaat :)

Tahukah?? Bahwa hukum mansukh nasikh terbagi menjadi 3 bagian. yaitu:

1. Mansukh hukumnya, tapi ayatnya tetap (ayatnya tidak dimansukh). contohnya banyak, salah satunya sbb: QS. Al-Kafirun ayat 6: ayat ini mansukh, namun ayatnya masih ada (tidak dimansukh). Sebagai nasikhnya adalah ayat perang (mansukh saif)

2. Mansukh ayatnya, namun hukumnya tetap (mansukh tilawah). Contoh: Ayat ranjam. Alloh berfirman: assyaikhu wassyaikhotu idza zanayaa farjumuuhuma al-batata nakalan minallohi wallohu 'azizun khakiim. Artinya: orang tua laki2 dan perempuan (yg pernah menikah) ketika keduanya berzina, maka kalian meranjamlah pada keduanya sampai habis (mati) sebagai contoh siksaan dari Alloh, dan Alloh maha perkasa lagi menghukumi. >>> Ayat ini pada mulanya ada pada Al-Qur'an. Kemudian ayatnya diansukh, namun hukumnya tetap (hukumnya masih berlaku). Contoh lain: ayat yg menerangkan bahwa yg menjadikan mahrom susuan adalah 5 kali kenyangan.

3. Mansukh hukum dan ayatnya >>> hukumnya tidak berlaku lagi serta ayatnya juga tidak dicantumkan dalam mushaf Al-Qur'an. Contoh: ayat yg memerintahkan sholat menghadap baitul makdis. Sebelum sholat diperintahkan menghadap kaabah, orang2 islam diperintahkan sholat menghadap baitul makdis selama 16 bulan. Namun hukum dan ayatnya dimansukh. Sebagai nasikhnya, Alloh menurunkan ayat 113-115 surat al-bakoroh (ayat perintah sholat menghadap baitulloh/kaabah). Contoh lain: ayat yg menerangkan bahwa yg menjadikan mahrom susuan adalah 10 kali kenyangan. Ayat dan hukumnya dimansukh, dgn nasikhnya menjadi 5 kenyangan saja.

Mudah2an manfaat dan barokah sebagai pengayaan ilmu..
Wassalamu 'alaikum wr.wb

Jumat, 22 Oktober 2010

Anda lebih sayang istri, anak, teman atau rokok???


Merokok menjadi HAK anda masing-masing, tak bisa ada yang melarang dan mengekang pilihan anda. Saya juga bertipe demokratis dan tidak suka dikekeng koq. Tapi jika menghadapi perokok yang asapnya mengenai wajah saya, saya tidak pernah secara gamblang atau blak-blakan melarang orang yang ada disekitar kita untuk merokok. Paling negur “Asap rokokmu membunuhku” atau “kalau mau bunuh diri jangan ngajak2 donk”…….heheheh….. Artinya kalo kalian mau nyakitin diri sendiri, ngerusak paru-paru dan tubuhmu, ya silahkan, silahkan lakukan sendiri dunk, jangan jadi merusak diriku juga, anak-anakmu, istrimu, temanmu, adikmu dan saudaramu lainnya. Ke sana cari tempat ngerokok ndiri, jauh-jauh aja sana….. Ngakunya sayang cinta sama anak istri tapi malah diasapi…Heran????!!!!
Kecanduan? Nyari Inspirasi? Ga bisa mikir tanpa rokok? Air liur terasa pahit kalo ga ngerokok setelah makan? Takut dibilang ga gantle, ga gaul? Ngilangin Stress? Ngilangin sakit kepala? Dll…… Apapun alasan-alasan kalian. Ya terserah. Hidup selalu dihadapkan oleh pilihan-pilihan koq. Anda tinggal memilih mana yang terbaik koq. Yang penting jauhkan asap rokok mu dari anak-anak dan wanita.
Trus gimana dengan anak-anak dan wanita yang ngerokok? Ya bukannya lebih mulia jika para pria memberi teladan dan nasihat terbaik dan benar buat mereka??? Susah ya buat ngilangin kecanduan rokok??????
  1. Dimulai dengan NIAT, niat kuat ga ada tandingannya deh…
  2. Kemudian didorong dengan pikiran “masa aku mau merusak paru-paru, bahkan membunuh perlahan orang-orang disekitar ku anak-anak, pacar, suami/istri ku, saudara-saudara ku, teman-teman anda???”   kan katanya anda sayang mereka? Kenapa ga malah menjaga mereka?
  3. Dengan berfikir dari pedoman no.2 tadi kalian akan berusaha merokok hanya di tempat yang tidak akan berbagi asap dengan orang2 yang anda sayangi itu. Semakin sulit anda menemukan tempat “aman” itu semakin besar kemungkinan anda akan membatalkan niat anda kecuali ya anda tidak merasa berdosa menyakiti anak-anak dan wanita disekitar anda.
  4. Jika sakit kepala melanda dan anda merasa kehilangan inspirasi, silahkan merokok tapi jangan berbagi asap dengan anak2 dan wanita. Hehehehe…..
  5. Jika anda merasa stress maka cari penyebab stress anda dan cari solusi dari masalah anda.
  6. Jika anda mulai bokek, it pertanda anda harus mengurangi bahkan menghentikan diri untuk membakar uang anda….
Keputusan untuk mengambil pilihan apapun ada di tangan anda koq. Saya cuma memberi gambaran, wantii-wanti, peringatan dan apapun namanya…. Cuma demi kebaikan semua orang dan kita semua, bukan keegoisan saya atau siapapun. Semoga bermanfaat untuk saya, anda dan orang-orang yang kita sayangi….Amien


Selasa, 19 Oktober 2010

Haramnya Duhaka Kepada Orang Tua

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ’anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam.
"Artinya : Sukakah saya beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ’Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. "Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong". Maka Nabi selalu megulangi, "Dan persaksian palsu", sehingga kami berkata, "semoga Nabi diam" [Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87]
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besar setelah syirik adalah uququl walidain (durhaka kepda kedua orang tua). Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu [Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555]. Kemudian diantara dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya [Hadits Riwayat Imam Bukhari]
Dari Mugirah bin Syu’bah Radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)" [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)]
Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak yang berbuat durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, "Tidak masuk surga anak yang durhaka, pe,imu, khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar" [Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahihnya 675]

Diantara bentuk durhaka (uquq) adalah :

[1] Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.

[2] Berkata ’ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.

[3] Membentak atau menghardik orang tua.

[4] Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.

[5] Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ’kolot’ dan lain-lain.

[6] Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ’Si Ibu" melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.

[7] Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.

[8] Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misalnya alat musik, mengisap rokok, dll.

[9] Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.

[10] Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

Semuanya itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan kepada kedua orang tua. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan membedakan dalam berkata dan berbuat kepada kedua orang tua dengan kepada orang lain.

Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua akan dirasakan di dunia. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat Abi Bakrah dikatakan.

"Artinya : Dari Abi Bakrah Radhiyallahu ’anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, "Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini dan Allah juga akan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim, kedua memutuskan silaturahmi" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No. 23), Abu Dawud (4902), Tirmidzi (2511), Ibnu Majah (4211). Ahmad 5/36 & 38, Hakim 2/356 & 4/162-163, Tirmidzi berkata, "Hadits Hasan Shahih", kata Al-Hakim, ’Shahih Sanadnya", Imam Dzahabi menyetujuinya]

Dalam hadits lain dikatakan.

"Artinya : Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya (siksanya) di dunia yaitu berbuat zhalim dan al’uquq (durhaka kepdada orang tua)" [Hadits Riwayat Hakim 4/177 dari Anas bin Malik Radhiyallahu ’anhu] [1]

Keridlaan orang tua harus kita dahulukan dari pada keridlaan istri dan anak. Karena Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan anak yang durhaka akan diadzab di dunia dan di akhirat serta tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.

Sedangkan dalam lafadz yang lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad dan juga yang lainnya, dikatakan :

"Artinya : Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ’anhu berkata, ’Telah berkata Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yakni anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yang membiarkan adanya kejelekan (zina) dalam rumah tangganya" [Hadits Riwayat Hakim, Baihaqi, Ahmad 2/134]

Jadi, salah satu yang menyebabkan seseorang tidak masuk surga adalah durhaka kepada kedua orang tuanya.

Dapat kita lihat bahwa orang yang durhaka kepada orang tuanya hidupnya tidak berkah dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya maka kekayaannya tidak akan menjadikannya bahagia.

Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya kemudian kedua orang tuanya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a kedua orang tua tersebut bisa dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab dalam hadits yang shahih Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu, ’Telah berkata Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala -yang tidak diragukan tentang do’a ini-, yang pertama yaitu do’a kedua orang tua terhadap anaknya yang kedua do’a orang yang musafir -yang sedang dalam perjalanan-, yang ketiga do’a orang yang dizhalimi" [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabaul Mufrad, Abu Dawud, dan Tirmidzi] [2]

Banyak sekali riwayat yang shahih yang menjelaskan tentang akibat buruk dari durhaka kepada orang tua di dunia maupun di akhirat. Ada juga kisah-kisah nyata tentang adzab (siksa) dari anak yang durhaka, dari kisah tersebut ada yang shahih ada juga yang dla’if (lemah). Diantara kisah yang dla’if yang sering dibawakan oleh para khatib (penceramah) yaitu kisah Al-Qamah yang durhaka kepada ibunya sampai mau dibakar oleh Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam hingga ibunya mema’afkannya. Akan tetapi kisah ini dla’if dilemahkan oleh para ulama ahli hadits [3].
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua]
_________
Foote Note.
[1] Hadits Riwayat Bukhari dalam tarikh dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir dari Abu Bakrah. Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Kitabnya Al-Mustadrak dari sahabat Anas. Lihat Silsilah Shahihah No. 1120 dan Shahih Jami’us Shagir No. 137 dan 2810.
[2] Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No. 24, 372), Abu Dawud 1536, Tirmidzi 1905, 3448, Ibnu Majah 3826, Ibnu Hibban 2406, At-Thayalishi 2517 dan Ahmad 2/258, 348, 478, 517, 523. Lihat Silsilah Hadits As-Shahihah No. 596
[3] Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Ahmad dengan ringkas dalam sanadnya ada Fayid Abul Warqa’ dia matruk (Majmuz Zawaaid 8/148), kata Ibnul Jauzi, "Hadits ini tidak shah dari Rasulullah karena dalam sanadnya ada Fayid Abu Warqa" Imam Ahmad berkata, "Ia matrukul hadits", Ibnu Hibban berkata, "Tidak boleh berhujjah dengannya". Kata Imam Abu Hatim, "Ia sering dusta" [Lihat Al-Maudluu’at, Ibnul Jauzi juz 3 hal 87]

Melihat Kepribadian Orang Dari Cara Ngupil

Melihat Kepribadian Orang Dari Cara ngupil, akan w tunjukin beberapa tipe orang ngupil:

* Orang yang cinta kebersihan: orang yang sehabis ngupil langsung cuci tangan pake sabun.
* Orang baik hati:orang yang rela ngambilin upil orang laen.
* Orang tolol:Orang yang ga tau caranya ngupil.
* Orang bijaksana:Orang yang tau kapan dia harus ngupil.
* Orang kasar:Orang yang kalo ngupil jari telunjuknya masuk semua.
* Orang yang sadis:Orang yang kalo ngupil upilnya dipeperin ke orang laen.
* Orang yang cekatan:Orang yang kalo ngupil kurang dari 2 detik.
* Orang yang serakah:Orang yang ngupil ga cukup pake satu jari.
* Orang yang strategic:Orang yang ngupil sambil balikin badannya sambil jongkok ato sambil kayang.
* Orang yang perasa:Orang yang kalo abis ngupil trs jarinya di jilat.
* Orang iseng: orang yang ngupil pake tangan orang lain, ato pake lidah
* Orang yang sensual:Orang yang ngupil sambil mendesah, geli2 basah.
* Orang yang kurang ajar:Orang yang kalo ngupil upilnya dibuat gumpalan upil trs di lempar ke nenek2.
* Orang yang hemat:Orang yang ngupil cuma satu minggu sekali.
* Orang yang misterius:Orang yang kalo ngupil upilnya di taro disekelilingnya terusdiem-diem pergi tanpa meninggalkan jejak kecuali upil.
* Orang yang porno:Orang yang ngupil sambil bayangin yang engga-engga.
* Orang yang cinta seni:Orang yang kalo ngupil upilnya di jadikan relief dan patung ‘yg bernilai upil tinggi’.
* Orang yang jorok:Orang yang kalo ngupil upilnya di peperin ke lengan bajunya.
* Orang yang tidak berprikemanusiaan:Orang yang kalo ngupil upilnya di taro makanan ato minuman orang sekitarnya.
* Orang yang atletis:Orang yang sebelum ngupil melakukan pemanasan.
* Orang yang kekanak-kanakan:Orang yang kalo ngupil upilnya di buat mobil2an trs dimainin.
* Orang yang pemalas:Orang yang ngupil pake penyedot debu
* Orang yang inovatif:Orang yang ngupil pake jari kaki
* Orang yang hi-tech:Orang yang ngupil pake kabel data

CINTA SANG BIDADARI

Nia Nurainni menulis dalam catatannya

Shifa, seorang gadis remaja yang berteduh dalam naungan iman dan takwa kepada sang Khalik. Yang berpegang teguh pada kemuliaan seorang wanita solehah yang menjaga pandangannya dari kemunafikan duniawi. Ia yang selalu menjaga bening hatinya dari kenistaan akhlak manusia. Kini telah mengulum cinta pada seorang pria hasil perjodohan orang tuanya. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika kedua orang tua mempertemukan mereka untuk bertaaruf. Sebuah cinta yang selama ini tersembunyi dalam kesucian hatinya.

Akhirnya cintanya berlabuh pada restu kedua orang tua untuk melaksanakan khitbah atas Ridha dari sang Maha Agung. Kebahagiaan walimah ursy yang terpancar dari seluruh keluarga, handai taulan, kerabat dan anak-anak yatim tergambar jelas di wajahnya yang begitu anggun dalam balutan hijabnya. Sejak saat itu hidupnya hanya untuk mengabdikan dirinya pada Ridha suaminya.

Namun kebahagiaan itu luruh seketika sesaat setelah walimah ursy usai di gelar. Suaminya membuat sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan. Pernyataan tentang ketidak setujuannya atas pernikahan dengannya, karena ia tak pernah mencintai shifa. Sebelum dia di jodohkan oleh kedua orang tua mereka suaminya mengaku telah menambatkan hatinya pada wanita lain. Dan pernikahan ini terpaksa di terimanya karena orang tua. Bukan atas dasar cinta.

Hati shifa hancur berkeping-keping atas pernyataan suaminya itu. Rasanya ia ingin membatalkan pernikahan ini. Ia merasa telah mendholimi kaumnya. Ia merasa telah salah meletakkan cintanya. Namun mampukah ia mencegahnya sementara ikrar sakral telah terucap dari kedua bibirnya. Sebuah perjanjian yang tidak hanya ia pertanggung jawabkan kepada para saksi dan kedua orang tuanya namun perjanjian yang juga membutuhkan pertanggung jawabannya kepada sang Pencipta. Akhirnya dengan kepedihan yang merejam ia tunduk bersujud mohon petunjuk dan penerang hatinya.

Atas doa dan muhabbahnya, shifa memutuskan untuk tetap manjalani kehidupan rumah tangganya. Meskipun ia begitu terasing dari kehidupan suaminya. Meskipun kehadirannya di pandang sebelah mata oleh suaminya. Meskipun cinta tak pernah tertabur kepadanya, namun ia tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri yang tunduk dan menghormati suami.

 Hingga suatu hari, enam bulan setelah shifa hidup serumah dengan suaminya. Sebuah cobaan terberat telah datang menguji ketabahannya. Suaminya telah pergi dari rumah entah kemana dan untuk berapa lama. Ia hanya mendapati sepucuk surat dari suaminya yang membertitahukan bahwa ia pergi untuk mencari ketenangan hatinya.. Dia tidak mengetahui ketika dia pergi, shifa tengah mengandung buah hatinya selama 1 bulan.

Sejak kepergian suaminya, shifa hidup dalam penantian. Ia menjalani hari-harinya dengan doa, memohon kepada Yang Maha Mulia supaya suaminya segera kembali. Matanya tak pernah kering oleh buliran bening kepasrahan. Meski penderitaan batin terus merejamnya, namun ia mencoba untuk tetap tabah dan menjalani waktu demi waktu dengan seluruh kesetiaan dan kesabaran. Ia hanya berpegang pada sebuah keyakinan bahwa tiada suatupun cobaan yang melampaui batas kemampuannya. Ia tak ingin pula terlalu larut dalam kepedihan yang berkepanjangan yang hanya akan menyerabutkan imannya. Apalagi dia sadar, dia tengah mengandung buah hatinya yang sangat membutuhkan ketenangan jiwanya.

Akhirnya dengan kekuatan cinta yang masih terjaga di dalam hatinya, ia berusaha menghadapi kesuraman yang memayunginya saat ini. Hingga tanpa terasa waktupun terus bergulir. Bayi yang di kandungnya pun ingin segera lahir ke dunia. Seolah si kecil ikut merasakan beban penderitaan sang ibu dan ingin menemaninya menjalani kehidupan yang berat ini bersama.

Si kecilpun akhirnya terlahir ke dunia. Dengan tangisnya yang membahana ia menyapa seluruh dunia. Semua keluarga menyambutnya dengan alunan doa dan rasa syukur atas kehadirannya. Seruan adzan di telinga kanan dan iqomat di telinga kiri ikut mengiringi jejak kakinya di muka bumi. Tapi sayang sang ayah tak bisa menyaksikan peristiwa yang menakjubkan itu. Ia telah mengorbankan kebahagiaan orang-orang yang mencintainya hanya karena ego yang tak mampu di kendalikannya.

Shifa menikmati tangisan buah hatinya dengan perasaan berbunga-bunga. Sesaat dia melupakan semua kegetiran dan kepahitannya hidupnya. Rasa syukur terus terucap dari kedua bibirnya. Doa juga tak henti-hentinya tercurah untuk si kecil. Sambil ia mendekap hangat bayinya, ia memberikan ASI pertamanya. Selama memberikan ASI, dia terus menatap bola mata bayinya. Dia merasakan tatapan itu sama seperti tatapan mata yang dulu pertama kali mampu menggetarkan perasaannya. Dia dapat menemukan cinta di dalam bola mata tersebut. Cinta yang selama ini terkubur dalam penantian yang panjang. Cinta yang ia simpan rapat di balik kerapuhan jiwanya. Cinta yang terjaga dalam untaian doa-doanya. Dan kini cinta itu hadir kembali. Bahkan cinta itu datang jauh lebih indah di bandingkan cinta yang ia rasakan pertama kalinya.

Dengan senyum kedamaian ia tatap jalan yang membentang di depannya. Perlahan dia melangkahkan kakinya menuju jalan tersebut dengan penuh kemenangan. Di kejauhan telah tercium olehnya wangi melati dan mawar yang bertaburan ke arahnya. Sebuah jalan menuju kebahagiaan abadi. Jalan yang akan mengantarkannya untuk memetik buah manis dari kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi kepahitan hidupnya.

Sepuluh tahun kemudian, seorang lelaki datang ke rumah kecil yang hanya di huni oleh seorang wanita dan lelaki baya dengan seorang anak kecil berumur kurang lebih sembilan tahun setengah. Mereka tampak berbincang-bincang di ruang tamu. Namun nampaknya perbincangan mereka terlihat kaku. Tamu seorang lelaki tadi lama terdiam membisu, dia seolah larut dalam perasaan yang tak mampu di deklarasikan. Tiba-tiba bulir bening mengalir deras dari kelopak matanya.

Dialah Irzan, suami shifa yang telah meninggalkan rumah sejak 10 tahun yang lalu. Kini dia kembali pulang dan berharap meminta maaf kepada shifa atas semua kesalahan yang telah di perbuatnya dan berharap shifa menerima kehadirannya kembali. Namun nampaknya penyesalannya itu sudah terlambat. Orang yang dia harap permintaan maafnya telah pergi meninggalkan semua duka dan kepahitan yang dulu sempat ia bebankan ke pundaknya. Shifa telah tenang dan damai di dalam penjagaan-Nya. Shifa telah pergi membawa cintanya yang masih terhaga kesuciannya. Namun demikian ia masih menitipkan kebahagiaan untuk sang suami tercinta, Irzan. Dia menitipkan kabahagiaan itu kepada si kecil, buah cintanya.

Dengan mata masih berkaca-kaca Irzan meraih buah hatinya (Faeza) ke dalam dekapannya. Dia menciumi wajah faeza dengan penuh kasih.
Perlahan sambil menggendong Faeza dia mendekati wajah shifa yang terbingkai figura warna biru muda yang menempel di dinding ruang tamu. Dalam hati Irzan berbisik lirih, “Maafkan aku shifa, aku tak mampu memberikan kebahagian kepadamu. Aku telah melakukan banyak kesalahan dan dosa dengan menelantarkan kamu yang ternyata tengah mengandung anak kita, Faeza. Dulu aku berfikir kamu telah mendholimi cintaku, tapi ternyata aku salah. Yang mendholimi itu justru aku. aku telah mengabaikan cintamu yang suci kepadaku. Aku telah menyia-nyiakan kemuliaan dan ketulusan hatimu. Aku telah egois atas cintamu. Maafkan aku shifa!”.jeritnya dalam hati. Namun sosok Shifa terdiam. Dia hanya tersenyum manis di balik bingkai figura tersebut.

Di dekat pusara itu, air mata Irzan membuncah kembali. Dia terpekur seorang diri larut dalam penyesalan yang tak mungkin bermuara. Sebuah Penyesalan panjang yang entah sampai kapan akan berkubang di dalam hidupnya. Sama seperti penantian shifa terhadapnya.

Tawakal

Oleh:Ustadz.Faizunal Abdillah
Saya lagi gayeng diskusi tentang tawakal ini. Itung – itung ngangsu kaweruh. Teman bilang benchmarking. Keren istilahnya. Sama saja dengan meguru, atau ngenger, dalam kosa kata saya. Perasaan semua orang sering mengatakan kalimat itu. Kata yang jamak. Kayaknya semua orang tahu artinya. Kata yang semua orang kenal. Pasrah. Tawakal. Surrender. Itulah kira – kira padanannya. Ternyata saya sendiri masih malprakrik. Tak perlu malu ngaku, karena memang ingin memahami secara benar.

Pertama dan yang terpenting tentang tawakal ini adalah pemahaman bahwa Allah sangat menyukainya, sehingga dicukupilah kebutuhan orang yang tawakal itu. Banyak sekali, lebih dari tujuh ayat, yang menerangkan seruan tawakal ini. Wa’alallaahi falyatawakkalil mu’minuun – dan kepada Allahlah hendaknya tawakal orang – orang yang beriman, atau dengan kalimat semisalnya. Dengan kata lain tawakal adalah bentuk tertinggi kepercayaan ai keimanan. Semakin tinggi keimanan seseorang, semakin tinggi pula derajat ketawakalannya. Maka oleh Allah dicukupi segala kebutuhannya.

Allah berfirman; “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS ath-Thalaaq 3).

Kemudian kedua, pengertian dasarnya. Pengertian tawakal sendiri juga dijelaskan di ayat yang lain sebagai berikut; “Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS al-Maidah 23)

Tawakal itu usaha dulu, baru menyerahkan hasilnya kepada Allah. Orang sono bilang, Do the best and let God do the rest. Seperti ditunjukkan dalam ayat di atas, serbu dulu, hasilnya serahkan pada Allah. Jadi tak ada tawakal tanpa diawali usaha. Nah, sampai kapan usahanya itu? Yaitu sampai batas waktunya. Atau sampai terlaksana, seperti sejak pagi sampai petang. Hal yang demikian ini diterangkan dengan jelas dalam K. Ahkam halaman 41. Nabi Muhammad SAW menerangkan secara rinci masalah tawakal ini dengan penggambaran seperti seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar di pagi hari dan pulang dalam keadaan kenyang di waktu sore hari. Dari pagi sampai petang, sampai tidak bisa melihat lagi keadaan karena gelap terus pulang. Dan harus istirahat. Begitu seterusnya sampai dapat atau sampai ketentuan bagi kita terkuak. Berhasil atau gagal. Itulah pilihan terbaik yang diberikan Allah kepada makhluknya.

Jadi dengan usaha sak pol kemampuan kita, bukan berarti harus sesuai dengan yang diingini. Justru dengan usaha itu, kita tahu bahwa kita sedang menuju ketentuan yang terbaik buat kita yang telah ditentukan oleh Allah. Sebab apa yang kelihatan baik menurut kita, belum tentu baik di mata Allah. Allahlah yang lebih tahu. Demikian juga dengan yang jelek. Sesuatu yang jelek dan membencikan belum tentu jelek buat kita. Juga dengan usaha ini, dengan kata lain, merupakan lahan bagi Allah untuk bekerja. Menjadi sebab untuk menentukan pilihannya. Jadi nyambung kan?

Dari Abi Tamim al-Jaisyaniyyi, dia berkata aku mendengar Umar ra.,berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya sesungguhnya kalian tawakal kepada Allah dengan sebenar – benarnya tawakal, niscaya Allah member rejeki kepada kalian seperti Allah member rejeki kepada burung dimana pagi – pagi ia lapar tapisore hari dalam keadaan kenyang.” (Rowahu Ibnu Majah K. Zuhdi)

Masih banyak orang yang memahami dalil ini (termasuk saya) yang kurang sempurna. Padahal dari sinilah penggambaran tawakal yang sebenarnya dan paripurna.

Ketiga, juga gandengannya tawakal yaitu sabar, sebagaimana firman Allah, “(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (QS an-Nahl 42).

Dengan sabar ini ada beberapa hal pula yang harus dan bisa dilakukan dalam rangka mengiringi kepasrahan. Pertama mengetahui hal – hal yang dapat kita ubah. Dalam hal ini contohnya seperti orang yang meninggalkan ontanya dengan diikat, kemudian baru pasrah. Tidak dibenarkan, onta dibiarkan dan dilepas, dengan dalih pasrah. Itu prakek yang salah. Jangan menyuruh Allah mengerjakan sesuatu yang dapat kita kerjakan. Kedua mempunyai ketenangan untuk menerima apa yang tidak bisa diubah. Artinya sudah sak pol kemampuan atau di luar kemampuan manusia. Contoh sepeda sudah dikunci tapi hilang juga. Sudah usaha tapi hasilnya beda. Atau ada gunung meletus. Siapa bisa mencegahnya? Dan yang ketiga adalah kebijaksanaan untuk mengetahui dan memahami perbedaannya. Kebijaksanaan ini menuntun orang untuk terus berusaha, melupakan kegagalan dan menikmati hidup. Menyerahkan semuanya kepada Allah membuat hidup tenang dan rilek, seperti air mengalir. Dan kita akan menerima apapun yang dihadiahkan oleh Hidup ini kepada kita.

Namun dalam kehidupan nyata, masih saja tumpang - tindih. Ada kegamangan dalam praktik. Kadang orang sudah menyudahi usahanya dengan bilang tawakal. Padahal sedikit lagi akan berhasil. Akhirnya usaha tersebut benar – benar gagal karena kurang usaha sedikit lagi dan hanya butuh secuil kesabaran. Di sinilah kita bisa melihat dan mengukur seberapa tinggi derajat keimanan kita. Sering orang bilang iman, iman dan iman, namun sebenarnya mereka hanya punya sedikit kepasrahan saja. Hanya kulitnya atau bahkan sak ledoke biji kurma.


Tiga Fitnah Dunia ( HARTA , TAHTA dan WANITA )

 
Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme. Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan. Berkata seorang sahabat, “ Apakah karena kita sedikit pada saat itu ? Rasul saw. bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud)

Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw., telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”(HR Muslim) (At-Taghaabun 14-15).

Macam-macam Fitnah Dunia

Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.

FITNAH WANITA

Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).

Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.

Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam.

Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah setan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya.

FITNAH HARTA

Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi saw. tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul saw., dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda,”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?” Mereka menjawab, ”Betul wahai Rasulullah”. Rasul saw. bersabda, ”Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktivitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.

Yang paling parah dari fitnah harta bagi para dai adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya.
Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an surat Al-Anfaal (8): 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)…”

FITNAH TAHTA

Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali r.a. dengan siti Aisyah r.a. dalam perang Jamal, antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a. dalam perang Siffin, antara Ali r.a. dengan kaum Khawarij.
Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah publik maupun struktur suatu organisasi adalah bagian dari fitnah kekuasaan.
Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah ini.
Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.

1. Hakekat Harta dan Dunia

· Dunia adalah permainan dan senda gurau. [QS. Al-Ankabuut (29): 64]
· Kesenangan yang menipu. [QS. Ali Imran (3): 185]
· Kesenangan yang terbatas dan sementara. [QS. Ali Imran (3): 196-197]
· Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR Bukhari dari Ibnu Umar)
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana doa yang diungkapkan oleh Abu Bakar r.a., ”Ya Allah jadikanlah dunia di tanganku, bukan masuk ke dalam hatiku.” Seperti itulah seharusnya seorang pemimpin. Memberi teladan tentang pengorbanan total dengan segala harta yang dimiliki, bukan malah mencontohkan kepada pengikutnya mengelus-elus mobil mewah dengan hati penuh harap bisa memiliki.

2. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan.

Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan dinikmati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya.

3. Sadar dan menyakini bahwa kenikmatan di akhirat jauh lebih nikmat dan abadi.

Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Begitulah, kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga.

Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun dengan cara mengajarkannya. Wallahu a’lam

Wisata Hati

 
Maaf,adalah salah satu kata-kata yang sering kali mudah diucapakan,namun sulit untuk dilaksanakan dengan hati dan keikhlasan.Setiap lebaran mudah saja kita meminta maaf sambil menjabat tangan ataupun via sms (yg membuat operator seluler kelabakkan karena begitu banyak yg ingin saling bertukar maaf!)
tanpa benar-benar berniat minta maaf.Tanpa benar-benar berpikir dalam setahun ini berapa banyak kata-kata atau sikaf kita yang menyakiti hati saudara,teman,kerabat,suami,istri bahkan orang tua.sudah brapa banyak perbuatan yang merugikan orang lain,bagaimana kalau ternyata mereka tidak ridha?Mestikah aku pulang ke akhirat kelak dengan membawa beban dosa dan kesalahan yang belum diikhlaskan?.

Sebab ,Rasululloh Shallallahu'alaihi wa Sallam mengajarkan kepada muslim untuk berusaha meminta maaf dan memperbaiki kesalahan di dunia ini.Siapa saja yang memiliki tanggungan terhadap orang lain dalam bentuk apa saja.haruslah segera menyelesaikannya hingga gugurlah tanggung jawab itui ( baik minta maaf atau diikhlaskan sebuah perkara).Karena di akhirat nanti tak ada sedikitpun kemampun untuk menebus.
Orang yang memiliki tanggungan dan belum meminta halal ketika di dunia,kelak akan diperhitungkan dengan amalnya apabila dia punya amal saleh.dari amal salehnya itulah tanggunganya akan ditebus,bila tidak memiliki,maka dosa atas orang yang disalahinya akan ditimpakan kepadanya,dengan ukuran tanggungannya.

Sebaliknya yang dimintai maaf pun mudah sekali berucap "yah sama-sama!."Tanpa merenungkan sudah benar-benarkah mengikhlaskan kekurangan dan kesalah si peminta maaf.Benarkah sudah tak tersisa sedikitpun ketidak ridhaan di hati? Atau yakin kelak tidak akan mengungkit-ungkit lagi kesalahan si peminta maaf?
Padahal meminta maaf adalah salah satu ciri penting watak seorang muslim.sesuatu yang ikut menentukan keselamatan di dunia dan akhirat.Sebaliknya,memafkan adalah perbuatan mulia dan dapat memasukan seseorang ke Surga.Allah Ta'ala berfirman"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi,yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.(Yaitu) orang-prang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang ataupun waktu sempit.dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memafkan (kesalahan) orang.Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikkan"(Quran surah AliImran : 133-134)

Karena itulah dibutuhkan keikhlasan juga kesungguhan hati dalam hati si peminta maaf dan pemberi maaf.Dengan demikian InsyaAllah perbuatan meminta dan memberi maaf itu menjadi tindakkan yang mendapat ridha dan ampunan dari Allah Ta'ala.amin

Kesabaran

“Bersabar bukan hanya sekedar kerelaan menunggu atas tertundanya suatu keinginan, bukan hanya sekedar kemampuan menerima setiap masalah dengan lapang dada. Lebih dari itu, bagi seorang muslim bersabar adalah manifestasi kepercayaan akan keberadaan Rabb-nya, bentuk nyata prasangka baiknya kepada Sang Khalik yang Maha Mengetahui, Maha Mengasihi dan Maha Penolong. Bersabar juga adalah wujud keyakinan yang muncul dari lubuk hati akan segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah dan bentuk kemampuan untuk mempergunakannya dengan optimal.

Seorang muslim yang bersabar akan selalu memandang jauh ke depan dengan penuh optimisme. Bersabar berarti mampu memandang dengan sisi yang berbeda setiap kendala. Ketika merasakan betapa sulitnya menggapai suatu usaha, aku yakin bahwa setiap tetesan peluh kita menyimpan makna. Ketika merasakan sesaknya himpitan masalah, kita akan melihat pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kesulitan-kesulitan yang menerpa kita dan menjadikannya sebagai tonggak meraih harapan-harapan dalam hidup kita. Jika kita merasa belum mendapatkan keinginan kita, maka kita akan semakin rajin menempa diri, memperbaiki diri, mengkoreksi diri mencari sebab mengapa do’a do’a kita belum juga dikabulkan.”

“Sesungguhnya tak pernah sang kekasih mencari tanpa dicari oleh kekasihnya Apabila kilat cinta t’lah menyambar hati ini Ketahuilah bahwa ada cinta dalam hati yang lain.”

“Apabila cinta Allah bertambah besar di dalam hatimu pastilah Allah menaruh cinta atasmu. Tak ada bunyi tepuk tangan hanya dengan satu tangan.”

“Kebijaksanaan Ilahi adalah takdir dan ketetapan yang membuat kita cinta satu dengan yang lain Sampai akhir hingga dunia akan terpelihara oleh kesatuan kita.

Kiriman dari : Fadly فضلى

Nasehat Kyai HasaN

Suatu ketika saat Kyai Hasan sedang duduk-duduk di depan rumahnya, tiba-tiba ada jenazah seorang laki-laki yang melintas menuju ke tempat pemakaman. Terlihat olehnya dibelakang jenazah itu seorang gadis kecil beserta para pengiring yang lain. Rambut gadis kecil itu tergerai dan tidak henti-hentinya ia menangis. Segera saja Kyai Hasan membuntuti iring-iringan jenazah tersebut dan mendekati gadis kecil yang masih menangis tak henti-hentinya.

Tatkala sudah dekat dengan gadis kecil itu, Kyai Hasan mendengar dengan jelas rintihannya, “Wahai ayah, belum pernah selama hidupku aku mengalami perasaan sedih seperti yang kualami sekarang ini”.
“Nak, belum pernah juga ayahmu mengalami kejadian yang menyusahkan seperti sekarang ini” sahut Kyai Hasan.

Setelah tiba di sebuah musholla, jenazah itu pun segera disholati dan kemudian dimakamkan. Usai acara pemakaman para pengantar pun segera kembali ke rumahnya masing-masing.

Esok harinya setelah setelah menjalankan shalat subuh Kyai Hasan kembali duduk-duduk santai di depan rumah. Namun selang beberapa lama kemudian, ia melihat seorang gadis kecil yang melintas depan rumahnya. Rupanya, ia adalah gadis yang kemarin ditinggal mati oleh ayahnya. Gadis kecil itu rupa-rupanya berjalan menuju tempat pemakaman.

Merasa ada gelagat yang kurang baik, segera Kyai Hasan mengikutinya dari kejauhan. Beliau ingin tahu apa sebenarnya yang ingin dikerjakan gadis kecil itu. Saat gadis kecil itu memasuki makam, Kyai Hasan mengintip dari tempat yang tersembunyi.

Tiba-tiba gadis itu memeluk nisan dan pipinya ditaruh diatas makam ayahnya, seraya berkata, “Wahai ayah, bagaimana tadi malam engkau menginap. Kemarin lusa aku masih mempersiapkan alas tidur untukmu. Lalu siapakah yang mempersiapkan alas tidurmu tadi malam? Kemarin lusa aku masih mempersiapkan lampu untuk menerangimu. Lalu siapakah gerangan yang mempersiapkan lampu untuk menerangimu tadi malam? Wahai ayah, ketika badanmu terasa pegal-pegal, seringkali aku memijat badanmu. Lalu siapa lagi sekarang yang akan memijat-mijatmu?”
“Wahai ayah” rintihnya kemudian, “Ketika engkau merasa haus, dengan segera aku mengambilkan minuman untukmu. Namun siapakah yang mengambilkan engkau minuman tadi malam? Ketika engkau merasa jemu dan penat tidur telentang, maka segera aku balikkan engkau agar nyaman. Namun siapakah tadi malam yang mau membalik tubuhmu agar nyaman?”
“Dengan perasaan belas kasih, kemarin aku masih memandangi wajahmu. Tapi sekarang siapa lagi yang akan memandangi wajahmu seperti itu? Saat engkau memerlukan sesuatu, engkau segera memanggilku. Tapi bagaimana dengan malam tadi, siapa yang engkau panggil? Bahkan kemarin lusa aku masih memasakkan makanan untukmu. Tapi masihkah engkau juga menginginkannya dan siapa yang akan menyiapkan makanan untukmu?”


Kyai Hasan tak sanggup lagi membendung air matanya saat mendengar rintihan gadis kecil itu. Air matanya berderai dengan derasnya membasahi pipinya. Ia langsung keluar dari persembunyiannya. “Janganlah engkau mengucapkan kata-kata seperti itu, Nak..” Hibur Kyai Hasan sambil mengusap rambut gadis kecil itu. “Namun katakanlah, “Wahai ayah, kemarin engkau masih menghadapkan wajahmu ke arah kiblat. Lalu masihkah kini wajahmu menghadap ke kiblat ataukah telah berpaling darinya? Wahai ayah, saat tubuhmu diletakkan di liang kubur masih tampak utuh. Masihkah sekarang keadaanmu seperti itu ataukah sudah habis dimakan ulat?”

“Ucapkan pula, Nak.. Para ulama mengatakan bahwa seseorang yang sudah mati itu pasti akan ditanyai tentang keimanannya. Diantara mereka ada yang bisa menjawab dengan benar tapi ada juga yang tidak bisa menjawabnya sama sekali. Adakah ayah termasuk diantara mereka yang bisa menjawabnya?”
“Meraka juga menjelaskan bahwa sebagian jenazah itu ada yang dijepit oleh liang kuburnya sendiri hingga tulang rusuknya hancur berantakan, tapi adakalanya yang merasa liang kuburnya sangat luas sekali. Lalu bagaimana dengan keadaan kubur ayah sekarang ini?”
“Begitu juga ada keterangan yang menyebutkan bahwa kubur itu acapkali diganti dengan taman-taman surga. Tapi adakalanya yang diubah menjadi jurang neraka. Lalu bagaimana dengan kubur ayah sekarang?”
“Keterangan lain yang dikatakan para ulama adalah bahwa kubur itu acapkali memeluk penghuninya sebagaimana seorang ibu yang memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Tapi adakalanya yang mendapat marah dari kuburnya hingga menjepit sampai tulang belulangnya berserakan. Adakah kubur ayah sekarang marah ataukah sebaliknya, memeluk ayah dengan kasih sayang?”
“Demikian juga bahwa para ulama telah menjelaskan, ketika seseorang telah memasuki kuburnya, maka bila dia sebagai orang yang bertakwa, ia akan menyesal karena merasa ketakwaannya belum seberapa. Begitu juga dengan orang yang durhaka, mereka akan menyesal karena semasa hidupnya tidak mau berbuat kebajikan. Lantas apakah ayah tergolong mereka yang menyesal karena tidak pernah berbuat kebajikan ataukah mereka yang menyesal karena merasa ketakwaannya belumlah seberapa?”
“Wahai ayah, cukup lama aku memanggilmu, tapi engkau tidak menjawab sedikitpun panggilanku. Ya Allah…Janganlah kiranya Engkau menghalangi pertemuanku dengan ayah di akhirat kelak..”

Usai Kyai Hasan mengajari seperti itu, gadis kecil tersebut menolehkan kepalanya seraya berkata, “Kalimat-kalimat yang engkau ajarkan itu sungguh menyejukkan hatiku. Sehingga hatiku sekarang merasa lebih tenteram dan memalingkan aku dari kelalaian.”

Melihat gadis kecil itu sudah tenang hatinya, segera saja Kyai Hasan mengantarnya pulang. Demikianlah mudah-mudahan kisah ini ada hikmah dan pelajaran berharga yang bisa kita renungkan bersama. Amin
(oleh: Dave Ariant Yusuf)

Ibu, I Miss You So Much

 
Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.

Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta . Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor.

Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu". Sayapun menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankan setiap pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta izin saya" Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak Jamil." "Memang harganya berapa dok?" Tanya saya. Dokter itu dengan mantap menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik." "Haahh 12 juta rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok? Dokter itu menjawab, "Sehari tiga kali suntik pak Jamil".

Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga puluh enam juta, dok?" Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar saya berkata, "Dokter tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan." "Pak Jamil kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya, pak." jawab dokter.

Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di jagat raya ini."

Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.

Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah yang mengambil uang itu.

Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki itu." Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya "Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?"

"Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata mengalir di pipi.

Sambil terbata saya berkata, "Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang itu saya, bu... saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf... saat nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu." Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik telepon saya dengar ibu saya berkata: "Ya Tuhan pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh." Setelah memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan memohon doa darinya.

Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata "Selamat pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu." Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya berkata. "Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan dokter."

Saya meninggalkan ruangan dokter itu.... dengan berbisik pada diri sendiri "Ibu, I miss you so much. "

Keterangan Penulis:
Jamil Azzaini adalah Senior Trainer dan penulis buku Best Seller KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup

Siap siap menyongsong Puasa Shunnah 'Asyura 9-10 muharam ( insya A jatuh tgl 26 & 27 des 09 / Sabtu

Beberapa hari yang telah lalu, tahun baru islam telah berganti menjadi 1431 H. Semakin menuntut kita sebagai umat muslim untuk semakin meningkatkan ketaqwaaan kita kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan dibulan ini ada suatu ibadah sunnah yang jika dilakukan akan menghapuskan dosa yang lalu. Diriwayatkan dari Abu Qatadah ia berkata, “Suat hari Rasulullah ditanya tentang fadhillah puasa hari ‘Asyura. Beluai bersabda, “Puasa ‘Asyura itu menghapus dosa setahun yang lalu”. (HR. Muslim). Adalah Rasulullah telah memberikan anjuran kepada kita untuk melaksanakan puasa sunnah pada bulan Muharram pada tanggal 9-10 Muharram. Dapat dilihat dari hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari ‘Aisyah, ia berkata, Hari Asyura adalah hari dimana orang-orang Arab Quraisy pada masa jahiliah berpuasa, Rasulpun juga berpuasa, maka ketika beliau hijrah ke Madinah beliau masih berpuasa, ketika turunnya kewajiban puasa dibulan Ramadhan beliau bersabda : “Siapa yang mau berpuasa (puasa Asyura) maka berpuasalah, dan siapa yang tidak berpuasa maka tidak apa-apa”. (HR. Bukhori dan Muslim).

Orang-orang Yahudi juga merayakan hari ‘Asyura itu dengan berpuasa karena pada hari itu Allah telah menyelamatkan Nabi Musa serta Nabi Isma’il dari musuh-musuh mereka. Diriwayatkan dari ibnu Abbas ia berkata, “Ketika Nabi hijrah keMadinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa ‘Asyura, lantas beliau menanyakan kepada mereka, ” Puasa apa ini ?”, lantas mereka menjawab, hari ini adalah hari kebaikan dimana Nabi Musa dan Bani Israil telah diselamatkan Allah dari musuh maka Musa pun berpuasa. Rasulpun bersabda, “Aku lebih berhak berpuasa seperti hanya Musa daripada kalian !” “Maka Rasulpun berpuasa serta memrintahkan kepada umatnya untuk berpuasa”. (HR. Bukhori dan Muslim).

Lalu ketika sebagian dari laum muslimin meminta kepada Rasul untuk mengkhususkan bagi kaum muslimin dari kaum yahudi. Peristiwa ini dicatat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata : “ketika Rasulullah berpuasa hari ‘Asyura (10 Muharram) dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa, mereka bertanya, “Wahai Rasul, sesungguhnya hari ‘Asyura itu adalah hai yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani ” Rasulullah menjawab ; “Insya Allah ditahun depan kita akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a) Ibnu Abbas berkata, “Belum lagi datangnya tahun depan Rasul pun wafat”. (HR. Muslim dan Abu Daud).

Dari penjelasan beberapa hadits diatas dapatlah disimpulkan suatu hukum bahwa berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh tiap bulan Muharram adalah sunnah, karena Rasul juga tidak melarang kaum Muslimin pada waktu itu untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Wallahu a’lam bisshowaab.

Maka dari itu, patutlah bagi kita selaku umat muslim yang mencintai sunnah Nabi yang mulia agar tidak menyia-nyiakan keistimewaan dari puasa sunnah ‘Asyura ini. Mengingat begitu besarnya keutamaan dan fadhillah dari puasa tersebut. Semoga allah mengampuni dosa-dosa kita semua yang telah lalu.

Rasulullah SAW dengan sebiji limau.

 
Rasulullah SAW dengan sebiji limau.

"Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu baginda bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk baginda. Cantik sungguh buahnya.Siapa yang melihat pasti terliur.

Baginda menerimanya dengan senyuman gembira. Hadiah itu dimakan oleh Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan tersenyum. Biasanya Rasulullah SAW akan makan bersama para sahabat, namun kali ini tidak. Tidak seulas pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu.

Kemudian wanita itu meminta ijin untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari baginda. Sahabat-sahabat agak hairan dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya. Dengan tersenyum Rasulullah SAW menjelaskan "Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam ketika saya merasainya pertama kali. jika kalian turut makan bersama, saya bimbang ada di antara kalian yang akan menyipitkan mata atau memarahi wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab tu saya habiskan semuanya.

" Begitulah akhlak Rasulullah SAW. Baginda tidak akan memperkecil-kecilkan pemberian seseorang biarpun benda yang tidak baik, dan dari orang bukan Islam pula. Wanita kafir itu pulang dengan hati yang kecewa. Mengapa? Sebenarnya dia bertujuan ingin mempermain-mainkan Rasulullah SAW dan para sahabat baginda dengan hadiah limau masam itu. Malangnya tidak berhasil. Rencananya di'tewas'kan oleh akhlak mulia Rasulullah SAW.

Ikhlas

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)[1]

Kedudukan Hadits
Materi hadits pertama ini merupakan pokok agama. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Ada Tiga hadits yang merupakan poros agama, yaitu hadits Úmar, hadits Aísyah, dan hadits Nu’man bin Basyir.” Perkataan Imam Ahmad rahimahullah tersebut dapat dijelaskan bahwa perbuatan seorang mukallaf bertumpu pada melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Inilah halal dan haram. Dan diantara halal dan haram tersebut ada yang mustabihat (hadits Nu’man bin Basyir). Untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dibutuhkan niat yang benar (hadits Úmar), dan harus sesuai dengan tuntunan syariát (hadits Aísyah).

Setiap Amal Tergantung Niatnya
Diterima atau tidaknya dan sah atau tidaknya suatu amal tergantung pada niatnya. Demikian juga setiap orang berhak mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya dalam beramal. Dan yang dimaksud dengan amal disini adalah semua yang berasal dari seorang hamba baik berupa perkataan, perbuatan maupun keyakinan hati.


Fungsi Niat
Niat memiliki 2 fungsi:
1. Jika niat berkaitan dengan sasaran suatu amal (ma’bud), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara amal ibadah dengan amal kebiasaan.
2. Jika niat berkaitan dengan amal itu sendiri (ibadah), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara satu amal ibadah dengan amal ibadah yang lainnya.

Pengaruh Niat yang Salah Terhadap Amal Ibadah
Jika para ulama berbicara tentang niat, maka mencakup 2 hal:

1. Niat sebagai syarat sahnya ibadah, yaitu istilah niat yang dipakai oleh fuqoha’.
2. Niat sebagai syarat diterimanya ibadah, dengan istilah lain: Ikhlas.

Niat pada pengertian yang ke-2 ini, jika niat tersebut salah (tidak Ikhlas) maka akan berpengaruh terhadap diterimanya suatu amal, dengan perincian sebagai berikut:

1. Jika niatnya salah sejak awal, maka ibadah tersebut batal.
2. Jika kesalahan niat terjadi di tengah-tengah amal, maka ada 2 keadaan:

- Jika ia menghapus niat yang awal maka seluruh amalnya batal.
- Jika ia memperbagus amalnya dengan tidak menghapus niat yang awal, maka amal tambahannya batal.

3. Senang untuk dipuji setelah amal selesai, maka tidak membatalkan amal.

Beribadah dengan Tujuan Dunia
Pada dasarnya amal ibadah hanya diniatkan untuk meraih kenikmatan akhirat. Namun terkadang diperbolehkan beramal dengan niat untuk tujuan dunia disamping berniat untuk tujuan akhirat, dengan syarat apabila syariát menyebutkan adanya pahala dunia bagi amalan tersebut. Amal yang tidak tercampur niat untuk mendapatkan dunia memiliki pahala yang lebih sempurna dibandingkan dengan amal yang disertai niat duniawi.

Hijrah
Makna hijrah secara syariát adalah meninggalkan sesuatu demi Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah artinya mencari sesuatu yang ada disisi-Nya, dan demi Rasul-Nya artinya ittiba’ dan senang terhadap tuntunan Rasul-Nya.

Bentuk-bentuk Hijrah:
1. Meninggalkan negeri syirik menuju negeri tauhid.
2. meninggalkan negeri bidáh menuju negeri sunnah.
3. Meninggalkan negeri penuh maksiat menuju negeri yang sedikit kemaksiatan.

Ketiga bentuk hijrah tersebut adalah pengaruh dari makna hijrah.

Mimpi Rasulullah

Pada suatu hari Rasulullah SAW sedang melakukan shalat subuh berjamaah dengan para sahabat. Selesai shalat beliau menghadapkan wajahnya pada para sahabat. Lalu beliau bertanya, “Siapakah diantara kalian yang tadi malam bermimpi tentang sesuatu?”. Para sahabat terdiam dan saling pandang satu sama lain. Rasulullah pun paham bahwa diantara para sahabatnya itu tidak seorang pun yang bermimpi dalam tidurnya tadi malam. “Hmm kalian tidak ada yang bermimpi?” tanya Rasulullah kembali. “Kalau aku tadi malam bermimpi....”

Rasulullah mulai menceritakan mimpinya kepada para sahabat, “Dalam mimpiku aku melihat ada dua orang laki-laki yang datang menemuiku dan menjabat tanganku, lalu membawaku pergi ke suatu tempat. Di situ aku melihat ada seorang laki-laki sedang duduk. Sedangkan di hadapannya berdiri seseorang yang memegang sebuah pengait besi yang ujungnya tajam. Tiba-tiba orang itu menancapkan pengait besi yang ia pegang ke rahang kanan orang yang duduk itu hingga tembus sampai tengkuknya. Orang itu menjerit kesakitan. Lalu orang yang berdiri menarik pengait besi dari rahang kanan orang yang duduk dan rahangnya pun pulih kembali. Pada saat yang bersamaan orang yang berdiri menghujamkan pengait besi itu ke rahang kiri orang yang duduk. Begitulah hal itu dilakukan berulang kali. Aku bertanya, “Apakah ini?” Kedua orang laki-laki yang membawaku menjawab, “Teruslah berjalan”.



Aku pun terus berjalan hingga aku melihat seorang laki-laki yang berbaring dalam posisi telentang dan seorang laki-laki lain berdiri diatas kepalanya dengan membawa sebuah batu besar. Orang yang berdiri itu menghantamkan batu besar ke arah kepala orang yang teletang hingga kepala itu hancur. Sementara batu menggelinding jauh. Orang yang berdiri pun mengambil batu itu dan ketika kembali, kepala orang yang telah hancur itu telah pulih seperti sediakala. Ia kembali menghancurkan kepala orang itu, begitu seterusnya. Aku bertanya, “Pemandangan apakah ini?” Kedua orang laki-laki itu menjawab, “Teruslah berjalan”.

Mereka mengajakku terus berjalan hingga melewati sebuah lubang mirip dengan tungku, yang atasnya sempit dan bawahnya lebar, sementara api berkobar-kobar dibawah lubang itu. Di dalamnya terdapat orang-orang laki-laki dan perempuan yang telanjang. Setiap kali nyala api membesar, orang-orang yang ada di dalamnya terangkat ke atas seakan-akan mereka hendak terlempar keluar. Ketika nyala api mulai mengecil, orang-orang itu berjatuhan ke dasar lubang. Aku pun bertanya, “Siapa mereka ini?” Kedua orang laki-laki itu menjawab, “Teruslah berjalan”.

Perjalanan pun aku lanjutkan hingga tiba di sebuah sungai darah dan seorang laki-laki yang berkubang di dalamnya. Sementara seorang laki-laki lain berdiri di pinggir sungai dengan sejumlah batu di depannya. Ketika orang yang berkubang di tengah-tengah sungai darah itu hendak menepi, laki-laki yang berdiri di pinggir sungai langsung menyerang dengan lemparan batu hingga mulut dan wajahnnya hancur. Setiap kali orang yang berada di dalam sungai ingin keluar dari sana, laki-laki yang berdiri di pinggir itu melemparkan sebuah batu ke mulutnya sehingga menyebabkan ia terjerembab dan kembali ke tempatnya semula. Aku bertanya, “Siapa ini?” Kedua orang laki-laki itu menjawab, “Teruslah berjalan”.
Maka aku pun meneruskan perjalanan hingga tiba di sebuah kebun hijau lebat yang indah dan di dalamnya terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Di bawah pohon besar itu duduk seorang laki-laki tua dengan sejumlah anak. Aku juga melihat di bawah pohon besar itu ada seorang laki-laki sedang menyalakan api di depannya. Belum sempat aku bertanya, kedua orang yang bersamaku membawaku naik ke atas pohon itu lalu mengajakku masuk ke dalam rumah yang paling indah yang pernah kulihat. Di dalamnya terdapat sejumlah orang tua, anak muda, perempuan dan anak-anak. Kemudian mereka membawaku keluar dari rumah itu. Dibawanya aku ke atas pohon yang lebih tinggi dan mengajakku masuk ke sebuah rumah yang lebih elok dan lebih indah dari rumah sebelumya. Di dalamnya ada sejumlah orang-orang tua dan anak-anak muda.

Lalu aku katakan kepada kedua orang yang membawaku, “Kalian telah membawaku berkeliling sepanjang malam dan telah banyak kejadian-kejadian yang aku lihat. Sekarang ceritakan padaku apa arti semua itu”. Kedua orang itu berkata, “Baiklah. Orang yang kau lihat rahangnya ditusuk dengan pengait besi, dia adalah seorang pembohong dan selalu mengatakan kebohongan. Hingga kebohongannya tersebar dimana-mana. Maka ia akan dihukum seperti itu pada hari kiamat”.

“Orang yang kau lihat kepalanya dihancurkan dengan batu besar adalah orang yang telah diberi Allah pengetahuan Al Quran tetapi ia tidur sepanjang malam, tidak pernah mau membacanya. Sehingga perbuatannya di dunia tidak didasarkan atas pengetahuan Al Quran yang telah ia miliki. Maka ia akan disiksa seperti itu pada hari kiamat”.



“Sementara orang-orang yang kau lihat berada di dalam lubang seperti tungku adalah orang-orang yang semasa hidup di dunia melakukan perbuatan zina. Sedangkan orang-orang yang lihat berkubang di sungai darah adalah orang-orang yang makan riba dan uang yang mereka peroleh adalah dari hasil riba”.

“Orang yang kau lihat duduk di bawah pohon adalah Nabiyullah Ibrahim. Anak-anak yang ada di sekelilingnya adalah ruh anak-anak yang telah meninggal sebelum mereka mencapai aqil baligh. Sedangkan orang yang mengobarkan api itu adalah Malaikat Malik penjaga neraka. Adapaun rumah pertama yang kau masuki adalah rumah surga untuk orang-orang yang beriman pada umumnya. Sedangkan rumah kedua yang kau masuki adalah rumah surga untuk orang-orang yang mati syahid. Aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Sekarang angkat kepalamu”.
“Aku mengangkat kepalaku dan melihat sesuatu seperti awan diatasku”. Mereka berkata, “Disitulah istanamu wahai Muhammad”. Aku berkata, “Ijinkan aku masuk ke istanaku”. Mereka berkata, “Tidak bisa. Karena masih ada sisa umurmu di dunia. Jika kau telah menjalani sisa umurmu, kau akan masuk ke tempatmu”. Hadits Riwayat Bukhari Kitabul Jana’iz . [Oleh: Dave Ariant Yusuf W]

Merayakan pergantian Tahun Baru


Islam memberikan yang terbaik kepada umat manusia. Memberikan jalan yang benaruntuk menyelamatkan manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam tidak menghendaki umatnya bertindak berlebih-lebihan, menghambur-hamburkan harta tanpa asas manfaat yang benar, apalagi jika membahayakan akidahnya.

Umumnya, pada tahun baru Masehi, perayaan disertai dengan mabuk-mabukan dan aneka acara hedonis yang bisa menyeret manusia ke dalam kerusakan dan kehinaan. Beriringan dengan itu, kecelakaan dan tindakan kriminal pun kerap terjadi. Jika dilihat oleh akal sehat dan kacamata ilmiah yang benar, tentu hal ini tidaklah dibenarkan. Terutama Islam yang sangat menekankan kemaslahatan sehingga sangat
mengharamkan khamar dan perbuatan kriminal.

Oleh sebab itu, Islam tidak membenarkan pesta-pora, tapi menganjurkan bersedekah, menyantuni fakir miskin, yatim, dan orang-orang yang membutuhkan. Islam tidak membenarkan berleha-leha dengan pemborosan waktu, tapi menganjurkan untuk bekerja keras dan menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat. Islam tidak membenarkan dansa-dansi, tapi menganjurkan umatnya untuk berzikir mengingat Allah agar hati menjadi lebih tenang. Dan masih banyak banyak hal lainnya yang bisa kita lakuin....

Kebetulan pada tahun ini, tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah mendahului tahun baru Masehi, hampir berdekatan, yaitu tepatnya pada tanggal 18 Desember 2009, jatuh sebagai tanggal 1 Muharram 1431 H. Pada permulaan tahun Islam ini, banyak peristiwa penting, hikmah, dan keutamaan yang bisa diraih umat Islam.

Di dalam perayaannya, tentu saja akan berbeda dengan perayaan tahun baru Masehi. Islam mengisi tahun barunya dengan hal-hal yang penuh manfaat, tidak berhura-hura, apalagi dengan hal-hal yang diharamkan, seperti bermabuk-mabukan. Dan alangkah indahnya bila di isi dengan kegiatan yang bermanfaat mengadakan pengajian muda-mudi semalam suntuk misalnya. Tahun baru Hijriah adalah masa instrospeksi, syukur, dan pencanangan program baru untuk tahun berikutnya yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Allah SWT berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hasyr: 18).

Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS Ibrahim: 7)

Pada tahun baru ini, kita mensyukuri seluruh nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah di tahun sebelumnya agar nikmat tersebut bertambah dan tidak dicabut-Nya. Betapa bencana dan berbagai masalah yang timbul belakangan ini, ini dikarenakan kita kurang bersyukur kepada Allah. Akibatnya, kekayaan alam dan berbagai karunia Allah yang telah diberikan kepada kita tidak menjadi solusi dan kenikmatan lagi, tapi malah menjadi masalah dan kekisruhan yang tiada henti.

Jika kita melakukan introspeksi, besyukur, dan membuat pencanganan program,  Insya Allah di tahun yang akan datang, kita bisa menjadi lebih dewasa dalam menyikapi seluruh masalah. Kita bisa menjadi bangsa yang bermartabat, mandiri, dan damai. Amiin. Di dalam perayaannya, tentu saja akan berbeda dengan perayaan tahun baru Masehi. Islam mengisi tahun barunya dengan hal-hal yang penuh manfaat, tidak berhura-hura, apalagi dengan hal-hal yang diharamkan, seperti bermabuk-mabukan. Dan alangkah indahnya bila di isi dengan kegiatan yang bermanfaat mengadakan pengajian muda-mudi semalam suntuk misalnya.

Tahun baru Hijriah adalah masa instrospeksi, syukur, dan pencanangan program baru untuk tahun berikutnya yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Allah SWT berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan  bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu  kerjakan. (QS Al-Hasyr: 18).

Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu  mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS Ibrahim: 7)

Pada tahun baru ini, kita mensyukuri seluruh nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah di tahun sebelumnya agar nikmat tersebut bertambah dan tidak dicabut-Nya. Betapa bencana dan berbagai masalah yang timbul belakangan ini, ini dikarenakan kita kurang bersyukur kepada Allah. Akibatnya, kekayaan alam
dan berbagai karunia Allah yang telah diberikan kepada kita tidak menjadi solusi dan kenikmatan lagi, tapi malah menjadi masalah dan kekisruhan yang tiada henti.

Jika kita melakukan introspeksi, besyukur, dan membuat pencanganan program, Insya Allah di tahun yang akan datang, kita bisa menjadi lebih dewasa dalam menyikapi seluruh masalah. Kita bisa menjadi bangsa yang bermartabat, mandiri, dan damai. Amiin.

Apa Itu Doa

BERDOA -- yang secara etimologis berarti "meminta kepada Allah" -- mempunyai tujuan-tujuan yang bukan saja bersifat ukhrawi, melainkan juga bersifat duniawi. karena doa bukanlah untuk kepentingan Allah melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Kalaupun kita berdoa untuk memohon segala "sesuatu yang kita butuhkan", "yang kita inginkan" ataupun hanya "untuk menenangkan diri dari segala kesusahan", namun doa mempunyai beberapa faidah yang tak terhingga. "Masalah terbesar dari doa adalah bagaimana membiarkannya mengalir dan mengizinkan Allah menjawab dengan cara-Nya (Glenn Clark)" Syekh Sayyid Tantawi, syaikhul Azhar di Mesir, merangkum manfaat doa itu dalam tiga poin:

Pertama: doa berfungsi untuk menunjukkan keagungan Allah swt kepada hamba-hambaNya yang lemah. Dengan doa seorang hamba menyadari bahwa hanya Allah yang memberinya nikmat, menerima taubat, yang memperkenankan doa-doanya. Allah swt. berfirman: …atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya (QS. An Naml:62). Bukankah Allah swt berjanji akan selalu mengabulkan doa hamba-hambaNya? "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu". (QS Ghafir: 60)

Janji Allah untuk mengabulkan doa kita merupakan motivasi untuk bersegera berbuat baik, dan mendidik agar kita mengakui dan merasakan nikmat Allah sehingga jiwa kita semakin terdorong untuk selalu bersyukur. Sebab rasa syukur itu pula yang mendorongnya untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah. Manfaat kedua yaitu, doa mengajari kita agar merasa malu kepada Allah. Sebab manakala ia tahu bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya, maka tentu saja ia malu untuk mengingkari nikmat-nikmatNya.
Bahkan manakala manusia sudah berada dalam puncak keimanan yang kuat sekalipun, maka ia akan lebih dekat lagi taqarrub untuk mensyukuri nikmat-Nya. Hal ini dicontohkan oleh nabi Sulaiman as. ketika berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (QS. An Naml: 35).

Maka Allah pun mengabulkannya. Nabi Sulaiman bertanya kepada semua makhluk siapa yang mampu memindahkan singgasana Balqis ke hadapannya. Salah satu ifrit yang tunduk atas perintah nabi Sulaiman berkata: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".

Ternyata benar, ifrit dari golongan jin itu datang membawa singgasana Balqis dari Saba (Yaman) ke Syria tidak kurang dari kedipan mata. Menyaksikan nikmat yang ada di "hadapannya", nabi Sulaiman lantas berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

Manfaat yang ketiga adalah mengalihkan hiruk-pikuk kehidupan dunia ke haribaan tafakur dan kekudusan munajat ke hadirat Allah swt, memutuskan syahwat duniawi yang fana menuju ketenangan hati dan ketentraman jiwa.
Kenapa Doa Kita Tidak Dikabulkan Allah
Kadang-kadang kita juga bertanya mengapa doa kita tidak dikabulkan oleh Allah s.w.t sedangkan ktia banyak mengerjakan ibadah dan taat kepadaNya. Ada dua kemungkinan. Pertama, Allah s.w.t suka mendengar permintaan dari hamba-hambanya. Apabila Allah suka pada seseorang hamba, maka hamba tersebut diletakkannya dibawah rahmat dan perlindungannya. Allah juga akan menyimpan doa-doa hamba tersebut untuk hamba itu di hari dimana tiada guna harta dan anak. Itulah hari kiamat. Apabila tiada sesuatu yang dapat menyelamatkan hamba tersebut dari api neraka, maka ketika itu Allah akan menunjukkan kepada hamba tersebut segala doa-doanya dan ketika itu doa-doa tersebut akan dapat menyelamatkannya dari api neraka. Dalam riwayat Aisyah r.a. berkata:ما من عبد مؤمن يدعو الله بدعوة فتذهب حتى تعجل له في الدنيا أو تؤخر له في الآخرة إذا لم يعجل أو يقنط قال عروة قلت يا أماه كيف عجلته وقنوطه ؟ قالت يقول سألت فلم أعط ودعوت فلم أجب" "Tidak ada seorang muslim yang berdo'a kepada Allah meminta sesuatu kemudian tidak muncul, kecuali Allah menangguhkannya untuk kesempatan lain di dunia, atau Allah menangguhkannya hingga hari qiamat nanti, kecuali ia tergesa-gesa dan putus asa". Lalu Urwah bertanya:"Wahai Ummul Mukminin, bagaimana ia tergesa-gesa dan putus asa?" Aisyah menjawab:"Misalnya ia berdoa, lalu berkata aku sudah berdoa tapi tidak diberi, atau aku telah berdoa tapi tidak dikabulkan" Begitulah, betapa cinta dan kasih sayang Allah terhadap kita. Bukan karena Allah tidak mau memberi permintaan kita, tetapi Allah akan menyimpankannya untuk kita di hari Kiamat kelak. Itulah doa-doa orang-orang solihin, orang-orang yang taat kepada Allah s.w.t. Wallahu a'lam.

Kasih sayang seorang Ibu

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.

“Nak kamu memang takkan mengerti…”

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa ibu menangis?” Sepertinya ibu menangis tidak ada sebab yang jelas?” Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang diberikan oleh ayahnya. Lama kemudian, si anak itu menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya,mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan.

Ya Alloh, mengapa wanita mudah sekali menangis?” Dalam mimpinya Tuhan menjawab,

“Saat Ku ciptakan wanita, Aku membuatnya sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, sering pula ia kerap berulang kali menerima menerima cerca dari anaknya itu.

Kuberikaan keperkasaan, yang akan tetap membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan kepadanya kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak ?

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya,Kuberikan ia air mata agar mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan pada wanita, agar dapat digunakan kapanpun diinginkan. Hanya inilah kelemahan yaang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”.

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga.

Kasih ibu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir.

Kasih ibu itu seperti berputar dan senatiasa meluas, menyentuh setiap orang yang ditemuinya. Melingkupinya seperti kabut pagi, menghangatkannya seperti mentari siang, dan menyelimutinya seperti bintang malam.

Semoga Yang Maha Kuasa mengampuni dosa-dosanya.

Amiin Ya Rabbal ‘alamin

Mom, I Love You