Kamis, 14 Oktober 2010

Dari Kematian Hingga Kiamat

Tama Adi Putra menulis
Telah kita ketahui pada pelajaran yang lalu, bahwa pengetahuan yang kita miliki ini sangatlah sedikit dan terbatas, maka kita tidak dapat mengetahui hakikat alam akhirat dan alam gaib secara mutlak. Hendaknya kita merasa cukup dengan serangkaian pengetahuan yang global yang dapat kita peroleh melalui dalil-dalil akal, dan dengan ciri-ciri khas serta sifat-sifat yang telah diterangkan oleh wahyu. Juga telah kami singgung pada pelajaran yang sama tentang sebagian sifat dan keistimewaan umum yang kita jumpai dari dalam dalil dalil akal. Berikut ini kami akan memaparkan sifat-sifat dan ciri-ciri khas akhirat yang dapat kita tarik dari ayat-ayat Al-Qur’an.

Perlu kiranya kami tekankan bahwa sangat mungkin sebagian kalimat yang digunakan untuk menyifati alam akhirat itu berupa mutasyabih (tidak jelas maknanya), sehingga gambaran konseptual yang muncul di mental kita dari kalimat-kalimat tersebut tidak benar-benar tepat dan tidak sesuai dengan fakta dan mishdaq yang seutuhnya di luar. Ini bukan karena lemahnya penjelasan tersebut, tetapi hanya karena dangkalnya pemahaman kita. Sebab tidak syak lagi bahwa Al-Qur’an menggunakan kata dan kalimat yang paling fasih yang dapat digunakan untuk mengungkapkan hakikat tersebut, juga sesuai dengan daya paham dan nalar kita.

Mengingat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu pun menerangkan permulaan-permulaan hari ahkirat, pada kesempatan ini kami akan memulai pembahasan tersebut dari kematian manusia.

Setiap Manusia akan Mengalami Kematian

Al-Qur’an menegaskan bahwa seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk hidup, akan mengalami kematian. Tidak seorang pun yang akan hidup kekal di dunia ini. Allah SWT berfirman,

“Semua yang ada di muka bumi ini akan fana.” (QS. Ar-Rahman: 36)

“Setiap yang bernyawa itu pasti akan mengalami kematian.”(QS. Ali ‘Imran: 185)

“Sesungguhnya engkau—wahai Rasul—akan mati. Dan sesungguhnya mereka pun akan mati.” (QS. Az-Zumar: 30)

“Dan kami tidak menjadikan orang-orang yang sebelum kamu itu hidup kekal. Apakah jika kamu mati mereka itu hidup kekal?” (QS. Al-Anbiya’: 34)

Dari ayat-ayat ini kita dapat memastikan bahwa kematian merupakan hukum kehidupan umum dan mutlak bagi setiap makhluk hidup di dunia ini.

Pencabut Ruh

Kita mengamati bangaimana Al-Qur’an menisbahkan pencabutan ruh kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman, “Allah mencabut jiwa-jiwa ketika tiba kematiannya.” (QS. Az-Zumar: 42)

Ini dari satu sisi. Dan dari sisi lain, Al-Qur’an juga men-yatakan bahwa malaikat maut itu ditugaskan untuk mencabut nyawa manusia. Allah SWT berfirman, “Katakanlah! yang mematikan kalian adalah malaikat maut yang diwakilkan kepada kalian.” (QS. As-Sajdah: 11)

Di tempat lain, Al-Qur’an menisbahkan pencabutan ruh kepada malaikat Allah dan rasul-rasul-Nya.

“Sehingga ketika salah seorang di antara kalian didatangi oleh kematian, maka rasul-rasul Kami itu mematikannya.” (QS. Al-An’am: 61)

Jelas bahwa tatkala pelaku melakukan perbuatannya melalui pelaku lainnya, perbuatan itu bisa dinisbahkan kepada kedua pelaku tersebut. Kemudian, jika pelaku yang kedua pun mempunyai perantara dalam perbuatannya itu, perbuatan itu pun bisa dinisbahkan kepada pelaku yang ketiga. Mengingat bahwa Allah SWT itu mencabut ruh-ruh dengan perantara malaikat maut, dan pada gilirannya malaikat maut itu melaksanakan tugasnya dengan perantara para malaikat yang tunduk di bawah perintahnya, pencabutan ruh itu bisa dinisbahkan kepada tiga pelaku tersebut.

Lembut dan Kerasnya Pencabutan Ruh

Dari ayat-ayat Al-Qur’an dapat kita simpulkan bahwa para pencabut nyawa itu tidak menyamaratakan dalam pencabutan ruh-ruh manusia. Terkadang mereka mencabut ruh seseorang dengan penuh kelembutan dan penghormatan. Pada kesempatan lain, mereka mencabut ruh secara kasar dan keras. Mengenai pencabutan ruh orang-orang mukmin, Allah SWT berfirman, “Mereka yang dimatikan oleh para malaikat yang baik itu berkata, ‘salam sejahtera atas kalian.’” (QS. An-Nahl: 32)

Dan mengenai pencabutan ruh orang-orang kafir, Allah SWT berfirman, “Jika saja kamu melihat ketika malaikat itu mematikan orang-orang yang kafir, mereka memukul-mukul wajah mereka dan punggung mereka.” (QS. Al-Anfal: 5)

Dapat juga dikatakan bahwa cara pencabutan ruh itu, baik keras atau pun lembut, berbeda-beda di antara kaum mukmin dan kaum kafir sendiri, tergantung derajat keimanan dan kekufuran mereka.

Nilai Iman dan Taubat Ketika Kematian Tiba

Ketika tiba saat kematian orang-orang kafir dan para pemaksiat, sementara rasa putus asa untuk tetap hidup pun telah menghantui mereka, mereka menyesal akan apa yang telah mereka lakukan. Segera mereka menampakkan keimanan serta bertaubat atas dosa-dosa mereka. Hanya saja keimanan dan taubat demikian ini tidak diterima sama sekali. Allah SWT berfirman,

"Pada hari ketika telah datang sebagian ayat-ayat Tuhanmu, maka tidak bermanfaat iman seseorang, dimana ia tidak pernah beriman sebelumnya atau melakukan kebaikan dalam keimanan.” (QS. Al-An’am: 158)

“Bukanlah taubat itu bagi orang-orang yang telah melakukan keburukan, sehingga ketika telah datang kepada salah seorang dari mereka kematiannya, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku telah bertaubat.’” (QS. An-Nisa’: 18)

"Aku telah beriman bahwa sesungguhnya tiada tuhan melainkan Tuhan yang diimani oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang muslim.” (Qs. Yunus: 90)

“Baru sekarang inikah engkau beriman? Padahal sebelumnya engkau bermaksiat dan termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?” (QS. Yunus: 91)

Mengharap Dikembalikan ke Dunia

Al-Qur’an menukil kisah orang-orang durhaka dan kafir, bahwa ketika telah tiba saat-saat kematian, atau ketika siksa itu menimpa, mereka mengharapkan kembali ke dunia ini agar dapat beriman dan berbuat amal kebajikan, atau memohon kepada Allah SWT agar dikembalikan lagi ke dunia untuk dapat mengubah hari-hari hitam mereka yang telah mereka lalui. Hanya saja Allah SWT mengabulkan permohonan itu. Dan, harapan mereka sia-sia.

Di sebagian ayat, Al-Qur’an mengungkapkan bahwa sekalipun mereka dikembalikan lagi ke dunia ini, pasti mereka akan kembali melakukan berbagai kemungkaran sebagaimana yang pernah mereka jalani. Kelak di Hari Kiamat, mereka mengemiskan permohonan semacam itu. Hanya Allah tidak mengabulkan permohonan mereka. Allah SWT berfirman, “Sehingga ketika kematian itu menjemput salah seorang dari mereka, ia berkata, ‘Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, aku berharap akan berbuat amal saleh yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak, itu hanyalah ucapan kosong belaka.’” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)

“Atau engkau akan berkata ketika melihat siksa, ‘Seandainya aku ini dikembalikan sekali lagi, maka aku akan termasuk oran -orang yang baik.’” (QS. Az-Zumar: 58)

“Ketika mereka itu dihentikan di atas neraka, mereka berkata, ‘Wahai seandainya kami ini dikembalikan lagi dan tidak lagi mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, maka wahai Tuhan kami, kami akan menjadi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-An’am: 27-28)

"Ketika orang-orang yang durhaka itu menundukkan kepala di hadapan Tuhan mereka, mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami melekkanlah kami dan kami mendengar, maka kembalikanlah kami agar dapat berbuat kebajikan. Sesungguhnya kami orang-orang yang yakin.’” (QS. As-Sajdah: 32)

Secara jelas kita dapat memahami dari ayat-ayat di atas bahwa alam akhirat itu bukanlah tempat berikhtiar, mencari jalan dan melakukan berbagai kewajiban, meskipun keyakinan yang mereka dapatkan pada saat sekarat maut dan di alam akhirat, tidak akan membantu sama sekali proses kesem-purnaan mereka, juga tidak membuat mereka berhak menerima pahala apapun. Oleh karena itu, orang-orang kafir dan pemaksiat mengharapkan kembali ke dunia ini agar mereka dapat beriman dan melakukan amal-amal saleh.

Alam Barzakh

Dari ayat-ayat yang lain kita dapat memahami bahwa setelah mengalami kematian dan sebelum terjadinya Hari Kiamat, manusia akan melewati satu masa di alam kubur dan barzakh. Di alam barzakh, mereka akan mendapatkan berbagai kesenangan dan kenikmatan, ataupun kesengsaraan dan siksaan. Di dalam riwayat banyak disebutkan bahwa orang-orang mukmin yang melakukan dosa pada kehidupan mereka di dunia akan menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan di alam barzakh seberat dosa-dosa yang pernah mereka lakukan, untuk mensucikan diri mereka agar tidak menanggung beban berat di alam akhirat.

Mengingat bahwa ayat-ayat yang menjelaskan tentang alam barzakh memerlukan studi tafsir, kami hentikan pembahasan itu sampai di sini. Dalam hal ini, kami hanya membawakan satu ayat. Allah SWT berfirman, “Dan di belakang mereka itu terdapat alam barzakh sampai tiba Hari Kebangkitan.” (QS. Al-Mu’minun: 100)

Tidak ada komentar: