Senin, 25 April 2011

Menjadi Manusia Unggul (Surplus)

I.    LATAR BELAKANG
1.   Bahwa dengan perkembangan jumlah penduduk di muka bumi yang hampir mcncapai 6.5 milyar, ironisnya justru terjadi kesenjangan sosial ekonomi yang makin menganga. Yang tidak berdaya semakin tidak berdaya dan yang berdaya semakin mampu mengakumulasikan kekuatannya sehingga menjadi kekuatan yang sukar ditandingi. Dalam kondisi seperti ini, maka bagi suatu bangsa tidak ada jalan lain kecuali harus mempersiapkan masa depannya dengan upaya yang harus semakin serius, bila dikehendaki agar bangsa tersebut dapat tetap survive (bertahan hidup) dalam era seperti itu.
2.  Disamping kondisi yang digambarkan diatas, secara horizontal juga terjadi peningkatan iklim kompetisi yang semakin tajam yang menjurus pada terjadinya zero zum game (yang menang hidup dan yang kalah mati).
3.   Keadaan tersebut kini sedang dialami oleh bangsa Indonesia termasuk rakyatnya. Oleh karena itu segenap elemen bangsa harus berpartisipasi untuk secara bersama meningkatkan daya survival bangsa Indonesia.
4. Bukan pada masanya lagi untuk bangsa Indonesia hanya melihat kelebihan bangsa lain, tetapi bangsa Indonesia harus mulai untuk secara maksimal menggali kemampuan sendiri guna mengatasi persoalannya sendiri.
Oleh karena itu perlu dirumuskan, langkah apa saja yang perlu dilakukan bangsa Indonesia untuk mengaktualisasikan potensi diri dan lingkungannya yang diarahkan secara fokus untuk menaikkan daya survivalnya tanpa meninggalkan kaidah hidup bersama dengan tetap merujuk pada nilai-nilai luhur manusia (life share) dalam era kompetisi global.

II. DAYA SURVIVAL
Ditinjau dari sudut dimensi manusia. kcutuhan daya survival manusia akan diindikasikan dengan kelengkapan kemampuan yang masih dimiliki. baik sebagai seorang individu ataupun sebagai sebuah bangsa. Kelengkapan kemampuan tersebut terdiri dari : kemampuan bekerja, kemampuan bcrkarya dan kemampuan bertindak. Kemampuan bekerja mengindikasikan kemampuannya untuk bekerja dalam kewajibannya memenuhi kebutuhan dasar diri dan keluargannya. Kemampuan bcrkarya adalah kemampuan menghasilkan scsuatu yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitarnya di luar rumah tangganya. setelah kebutuhan dasar diri dan keluarganya dapat terpenuhi. Sedangkan kemampuan bertindak adalah suatu kemnmpuan yang bcrsifat meningkalkan kualitas dan kuantitas kcrja dan karya secara kumulatif tcrmnsuk peningkatan gradasi (tingkatan) kehidupan diri bcscrla lingkungannya.
Unluk rnemberi penjelasan tentang daya survival tersebul, beberapa contoh kiranya akan dapat menjelaskan ketiga  perbedaan tersebul. misalnya : pekerjaan kuli angkutan barang di sebuah setasiun kereta api. mengindikasikan bahwa orang tersebut hanya dapat bekerja, tetapi tidak dapat berkarya apalagi unluk berlindak. Para pekerja sosial atau seniman dapat dikategorikan berkemampuan berkarya. Sualu bangsa yang masih berkemampuan meningkalkan kualitas bangsanya dapat dikategorikan bangsa yang masih berkemampuan untuk bertindak.
Sedangkan bagaimana seseorang dapat mengaktualisasikan potensinya, agar berkemampuan unluk mencapai tingkat   kemampuan bertindak, akan diuraikan pada bab-bab berikut.

III. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCAPAI KEMAMPUAN SURVIVAL
I. Finansial
   Salah salu ukuran yang sering dipakai dalam mengukur tingkat atau daya survival seseorang adalah bagaimana kondisi keuangan seseorang. perusahaan ataupun pada sebuah bangsa. Dalam aspek keuangan ini ada pertanyaan yang dapat diajukan yaitu : bagaimana cara mcmpcrolch dan bagaimana cara menggunakannya.
Secara falsafi, yang disebut uany sesungguhnya adalah suatu integrasi material dan energi yang mempunyai sifat/kemampuan konvertibel (dapat dipertukarkan menjadi material dan energi dalam bentuk yang lain). Inilah sesungguhnya kelebihan dari sifat/kemampuan uang. Karena itu. maka diperlukan kecermatan dalam menggunakan uang dengan sifatnya yang demikian. artinya dengan sifat uang yang sangat "liquid' itu. maka penggunaannya pun harus dengan sangat cerdas dan cermat. Dalam suatu saat material dan energi yang bernama uang itu dapal dipertukarkan menjadi apapun sesuai dengan nilai yang dikandungnya. sementara material dan energi yang lain tidak dapat segera dipertukarkan menjadi bentuk material dan energi lainnya dalam waklu secepat uang. Maka dalam sifat atau karakter seperti ini. penggunaan uang harus berbeda dengan penggunaan energi dan material yang lain. Dengan demikia, maka cara memperolehnya pun hakekatnya secara normal, adalah juga dengan menggunakan energi dan material, yang dalam hal manusia adalah buah pikiran dan tenaga. yang akhirnya terkonversi menjadi energi dan material lain yang bentuknya adalah uang.
Selanjutnya bagaimana cara menggunakannya ?
Dalam menghadapi keadaan yang sangat tidak pasti, maka dalam perjalanan waktu, ada tiga jenis penggunaan yang perlu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang pertama. demikian seseorang dapat mengkonversi buah pikiran dan tenaganya menjadi uang. maka disisihkan sebagian untuk keperluan spiritual. Yang kedua. digunakan untuk yang sifatnya investasi. yang bila belum diketahui untuk investasi apa, maka uang itu ada yang sebagian harus ditabung. Baru yang ketiga, sisanya digunakan untuk keperluan-keperluan yang tidak dapat ditunda (misalnya panga,. sandang, papan dan kesehatan).
Dengan komposisi seperti itu. maka seseorang dapat dikatakan sehat secara finansial, bila seseorang senantiasa dalam posisi keuangannya mempunyai kemampuan pengeluaran untuk kegiatan spiritual/sosial, ada tabungan dan kebutuhan dasarnya telah dapat terpenuhi dalam standar yang wajar. Inilah yang disebut dengan surplus finansial.
2. Sikap terhadap Waktu
Sebelum era globalisasi, waktu masih jarang dimasukkan dalam berbagai perhitungan untung rugi dalam suatu kegiatan. Misalnya, pada sebelum tahun 70-an, di perguruan tinggi ada yang yang dinamakan studi bebas, artinya seorang mahasisvva diperbolelikan untuk menyelesaikan kuliahnya sesuai waklu yang dikehendakinya (misalnya dipakai untuk bekerja dulu dalam beberapa waktu, setelah itu kemudian kuliah lagi sampai lulus), yang itu tidak dimungkinkan lagi dalam era sekarang.
Intisarinya adalah bagaimana waktu itu harus digunakan sehemat mungkin atau dengan perkataan lain kecepatan dalam menyelesaikan sesuatu kewajiban, harus menjadi ukuran dalam menilai hasil suatu pelaksanaan penyelesaian kewajiban disamping kualitas. Artinya dalam memberikan penilaian terhadap suatu kualitas hasil kerja, kecepatan dalam waktu penyelesaian juga harus menjadi faktor penilaian. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, pekerjaan yang diulang harus senantiasa semakin cepat dapat diselesaikan secepat mungkin, sehingga seseorang menjadi mempunyai surplus waktu. Sebagai satu contoh, bila total masa belajar seseorang misalnya 12 latum, bila mampu diselesaikan dalam waktu 11 tahun, berarti ada sisa waktu satu tahun yang dapat digunakan untuk keperluan lain. Atau dalam bentuk lain, misalnya tetap 12 tahun, tetapi pelajaran yang diperoleh lebih banyak. Dalam iklim kompetisi yang tajam ini, maka penggunaan waktu seefisien mungkin menjadi suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Kemampuan untuk dapat mempunyai waktu lebih dengan hasil atau kualitas yang sama disebut seseorang mempunyai surplus waktu.
3. Sikap terhadap Relasi
Kecenderungan yang terjadi dalam abad XXI ini adalah, bahwa seseorang tidak memungkinkan untuk dapat sukses secara sendirian, faktor relasi, apakah secara formal alaupun tidak formal menjadi turut menentukan tingkat kesuksesan seseorang, Dalam istilah yang dikenal akhir-akhir ini, seringkali kekayaan relasi disebut sebagai kemampuan membaugun networking. Tadi setelah dibahas peran waktu atau kecepatan, maka faktor relasi juga merupakan pokok bahasan. Membangun kemampuan relasi, harus diawali dengan adanya gagasan.   Kemudian  dari   sebuah  gagasan  itulah  seseorang  dapat  memulai  membangun jaringannya.
Dalam aktivitas yang paling sederhana misalnya, adanya gagasan reuni, maka langkah selanjutnya adalah menghubungi relasi-relasi yang mempunyai keterkaitan sejarah dalam aktivitas reuni tersebut, Dalam gagasan yang semakin kompleks, misalnya membuat sebuah organisasi untuk mewujudkan sebuah gagasan jangka panjang, misalnya mendirikan partai politik.
Jadi membangun suatu relasi, komponennya hanya dua, yaitu gagasan dan tindakan menyampaikan gagasan. Dari kedua hal tersebut secara alamiah akan terbangun hubungan relasional secara timbal balik. Maka dalam hal ini, sebuah gagasan dapat dibagi minimum menjadi tiga kategori, Yang pertama adalah gagasan yang berbasis pada sikap budaya atau berbasis kultural, misalnya pcrtemuan keluarga, "kangen-kangenan" (reuni) atau silaturahim. Yang kedua adalah gagasan yang bersifat sosial, misalnya perkumpulan pengajian, perkumpulan olah raga, bela diri, menyelenggarakan perkumpulan orang tua asuh, perkumpulan arisan, dll. Kemudian yang terakhir adalah perkumpulan berbasis keprofesian, misalnya Persatuan Sarjana Hukum, Ikatan Pengusaha Kecil dll, ini semua adalah suatu komunitas yang terbentuknya dimulai dari sebuah gagasan,
Seseorang agar mempunyai kemampuan networking, minimal harus mempunyai atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya dan dalam praktek aktivitasnya, disarankan memberikan lebih banyak kebaikan/manfaat daripada menerima dalam suatu komunitas atau kumpulan yang diikutinya. Maka kemampuan tersebut dinamakan sebagai surplus relasional.
4.Sikap terhadap Kerja
Sebagaimana telah dibahas di bab pendahuluan, kompetisi global akan menajamkan tingkat persaingan dalam berekonomi. Karena itu tingkat produktivitas seseorang harus secara terus menerus dinaikkan, sehingga daya saingnya juga akan semakin meningkat. Maka dalam hal ini seseorang akan dituntut untuk selalu mempunyai kemampuan lebih dari orang lain semaksimal mungkin.
Dalam praktek sehari-hari, ketika seseorang menerima suatu atau sejumlah tugas misalnya, maka dalam iklim kompetisi ketat ini, harus mampu untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan kemudian sebisa mungkin dapat melebihkan hasilnya. Demikian pula dalam kegiatan produksi dan jasa, semaksimal mungkin dapat memberikan kepuasan maksimal bagi para pelanggan. Pada tataran individu, sebuah tugas harus dapat diselesaikan dengan waktu lebih cepat dari ukuran standar dan kualitas serta kuantitas produk juga harus lebih. Sedangkan pada tataran unit usaha, meningkatkan kepuasan pelanggan harus merupakan motto utama.
Sebagai   contoh   sederhana,   bisa  dilihat   pada  pompa  bensin   sepanjang  Pantura,   selain menyediakan bensin juga menyediakan toilet dan lempat sholat yang cukup Iayak. Belum tentu sebuah mobil ketika berhenti di suaiu pompa bensin akan membeli bensin/BBM, tetapi bisa saja hanya akan ke toilet, keadaan ini menunjukkan bahwa ada era dimana service atau jasa diberikan lebih.
Contoh lain adalah iklan pada para pembuat jas yang mengiklankan kemampuannya melayani pelanggan dalam waktu hanya enam jam.
Bagi seorang siswa atau mahasiswa, lebih-lebih lagi dengan biaya pendidikan yang semakin mahal ini, niaka kemampuan menyampaikan tugas kepada guru atau dosen dengan produk
lebih banyak daripada yang ditugaskan akan memberikan daya saing yang lebih baik ketika
akan berebut pasaran kerja.
Kemampuan ini disebut sebagai surplus tugas kerja, yang perlu dipraktekkan oleh siapapun
dalam era saat ini.

IV. DARI MANA MEMULAI
Bagaimana kita sekarang memulai untuk menjadi manusia unggul / surplus? Kita mulai dari hal-hal yang kecil, dari diri kita sendiri, sekarang juga.
Beberapa preskripsi (resep) yang diusulkan :
1.Goal setting (penetapan tujuan).
Beberapa keinginan manusia pada umumnya :
a.  Kondisi keuanaan, yaitu kondisi keuangan yang dipersiapkan agar ketika seseorang hendak
memerlukan sesuatu, dananya sudah tersedia.
milisalnya :
Dana yang dipcrsiapan untuk memasuki tahun ajaran baru, yang sudah dipersiapkan tiga tahun sebelum seseorang akan memasuki SMU (SMA dari SMP).
Dana yang dipersiapkan untuk haji, umroh, hari raya, Tabungan yang dipersiapkan sejak dini untuk berbagai keperluan tidak terduga ataupun untuk persiapan hari tua.
b.  Karir vanu akan dicapai, yaitu ketika seseorang dengan pekerjaan tertentu sesuai dengan bidang keahliannya, memprogram dirinya untuk mencapai suatu tingkatan tertentu. Atau seorang wira usaha yang mentargetkan untuk membesarkan usahanya.
Misalnya :
Seseorang  mentargetkan,  5  atau  sepuluh  tahun mendatang dapat menjadi  seorang manajer atau direktur, Seorang   wirausaha,   yang   omset   hariannya   misalnya   3   juta/hari,   merencanakan usaha/upaya agar dalam 2 tahun mendatang dapat mencapai omset 5 juta/hari.
c.  Target spiritual yaitu: suatu rencana untuk dapat mencapai suatu tahapan amalan dalam  beribadah
M.isaJnya
-  Mengkhatamkan Al-Qur'an, Al-Hadits, mendalami nahwu shorof.
d.  Perbaikan relasi yaitui melakukan upaya peningkatan hubungan baik atau silaturahim, atau melakukan upaya perbaikan hubungan antara seseorang.dengan orang lain.
Misalnya :
-  Menigkatkan hubungan baik dengan tetangga
-  Memperbaiki dan meningkatkan hubungan baik antara kakak-adik, antar saudara.
-  Memperbaiki hubungan antara atasan dan bawahan
-  Meningkatkan hubungan baik anrar organisasi
e.  Tingkat kesehatan vang diinginkan. mentargetkan / melakukan upaya untuk   mencapai kondisi kesehatan yang diinginkan.
Misalnya:
-   Bagaimana agar seseorang yang menderita penyakit asthma dapat meminimalisasikan keadaan asthrnanya, agar tidak sering kambuh atau sesek.
-    Melakukan upaya agar kondisi jantung paru-paru senantiasa dalam keadaan baik menurut ukuran-ukuran medis.
f.    Target perjalanan. yaitu merencanakan melakukan perjajaan.yang diinginkan, baik untuk kepentingan silaturahim maupun untuk kepentingan memperluas relasi.
Misalnya :
-          Perjalanan menjehguk orang tua
-          Perjalanan sambung famili yang sudah lama tidak'bertemu
-          Perjalanan untuk menemui relasi yang udah lama tidak ketemu atau relasi baru.
2. Keyakinan.
Usahakan ada keyakinan bahwa apa.yang,telah targetkan, Alloh akan.memberinya.
3. Cara mericapai
Berdasarkan kondisi awal yang kita miliki, maka susun rencana yang ada pada 6 jenis sasaran,
kemudian tentukan lahgkah-langkahnya secara konsisten sesuai dengan kemampuan dan dilandasi dengan semangat dan kesabaran yang tinggi.

Tidak ada komentar: