Selasa, 05 April 2011

My lovely Carin oleh Fairuz Husaini pada 05 April 2011 jam 16:03

Carin putri kami lahir dg operasi caesar, beratnya 4.6 kg dan panjang 51cm. Dengan berat spt itu, dia spt bayi yg sudah berusia 3 bulan. Dialah bayi terbesar di rumah sakit tempat dia dilahirkan (waktu itu tahun 2006). Carin tumbuh normal sampai dia berusia hampir dua tahun. Tiba-tiba dia menjadi begitu pendiam.

Semestinya sebelum usia kurang dua tahun, seorang anak bisa bicara setidaknya 20 kata, tapi ini tidak terjadi pada Carin. Sebagai orang tua tentu saja kami merasa kuatir. Kami bawa dia ke dokter anak. Dokter menyarankan agar dia diperiksakan pendengarannya, dengan tes BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) untuk menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke otak. Hasilnya, alhamdulillah normal.

Dokter jg menyarankan agar kami konsultasi dg dokter spesialis kejiwaan anak. Dokter kejiwaan belum melihat ada masalah `serius` krn memang usianya jg msh dua tahun, tapi memang ada kecenderungan dia cuek, ketika dipanggil. Disarankan agar Carin mulai terapi SI, sensory integration untuk melatih panca inderanya. Secara fisik Carin sempurna. Masalahnya adalah dia tidak bisa komunikasi verbal dua arah. Dia mengerti apa yg kita  katakan tapi dia tidak bisa mengekspresikan apa yg dia ingin katakan dg kata2. Bila ingin sesuatu dia menarik lengan saya atau pengasuhnya dan mendekatkannya ke sesuatu yg dia inginkan itu.

Dokter dan terapis cenderung mengatakan Carin mengalami PDD Nos (pervasive development disorder not otherwise specified), mirip tapi beda dg Autis. Mirip karena ada gejala anak autis yg jg dimiliki anak PDD. Singkatnya, kalau ada 20 gejala atau ciri2 pada anak autis, kira-kira 5 dimiliki oleh anak PDD ini. Ada yg menyebut anak PDD dg istilah autis ringan.

Tetapi, apapun diagnosanya, apakah itu PDD, Autis, Asperger, ADHD, para pemerhati dan pegiat autisme, yg umumnya adalah orang tua anak-anak penderita autis, menyarankan agar orang tua tidak perlu berpanjang-panjang mempermasalahkan diagnosa itu. Yang jauh lebih penting adalah ketika orang tua mengetahui ada yg tidak beres dengan tumbuh kembang anaknya, segera atasi. Deteksi awal dan penangan sejak dini sangat membantu perkembangan si anak menjadi lebih baik.

Sedih boleh-boleh saja. Orang tua mana sih yang tidak sedih ketika anaknya dinyatakan tidak tumbuh `normal`? Rasanya remuk redam! Tapi pada saat yg sama saya jg harus berpikir bahwa tidak ada seorang anakpun yg ingin dilahirkan spt itu, bukan?  Lagipula, bukankah setiap individu berbeda satu dengan yg lain? begitupun dg Carin, saya atau anda. Jadi, saya buang jauh-jauh kesedihan itu dan berhenti menyesali diri, apalagi merasa orang paling malang sedunia!

Di dunia ini ada sekitar 67 juta penderita autis, artinya setidaknya ada 134 juta orang tua yg mengalami nasib serupa. Di Amerika bahkan, satu dari 110 anak adalah penderita autis. Bagaimana dg Indonesia? belum ada angka pasti, tapi ada pakar memperkirakan terdapat 150-200 ribu anak autis pada tahun 2006. I am not alone!

Bulan ini Carin akan berusia 5 th. Dia bisa bersalaman, mencium tangan dan memberi pipi untuk dicium.  Untuk anak seusianya dia bahkan sangat mandiri: duduk tenang saat makan, ambil minum sendiri, pakai baju dan sepatu sendiri, dan ngepel lantai. Dia tahu membuang sampah di tempatnya, mengekspresikan emosinya dengan tersenyum malu, marah, bahkan mencubit! Dia semakin banyak mengeluarkan kata-kata seperti: mama, bapak, bak (mbak), apa, bing (mobil), ndaa (tidak) dan banyak lagi.   Carin sekarang menjalani terapi bicara, perilaku dan okupasi dengan bu Upik, terapistnya yg datang  ke rumah tiga kali seminggu. Rencananya Carin akan masuk TK tahun ini.  

Ada yg bilang hanya orang tua spesial yg memiliki anak spesial karena anak-anak ini mengajarkan dan membuat orang tuanya menjadi lebih sabar, lebih asih dan berempati, lebih bersyukur dan yg pasti lebih kuat. Sesungguhnya lebih dari itu.

Dalam kebisingan dan hiruk pikuk yg saya hadapi sehari-hari, di jalan raya yg panas, macet, berdebu, di stasiun dan kereta api atau di dalam bis yg crowded, pengap (dan bau), belum lagi persoalan dan beban kerja di kantor, atau bahkan kegaduhan dua kakak laki2nya di rumah, diamnya Carin adalah penyeimbang. She is my mediation.  
Jadi sebetulnya sayalah yg lebih membutuhkan dia daripada dia membutuhkan saya. Gak kebayang deh hidup saya tanpa dia, pasti pincang.  

My lovely Carin, whatever your condition will not lessen my love to you. Not for a second.
I love you, unconditionally!

(Tulisan ini untuk memperingati hari Autis sedunia tgl 2 April dan ulang tahun Carin 24 April)

Tidak ada komentar: